Kerinduanku
Aku tak mampu menahan air mataku, yang tak sanggup
menahan kerinduan yang mendalam. Aku tak mampu membendun derasnya air mataku,
yang keluar begitu saja, karena teringat
sosok yang tak lagi di sampingku. Begitu banyak tetesan yang jatuh dan keluar
ketika aku teringat dengan semua kenangan indah itu.
Kau kadang menyebalkan, tapi aku selalu saying. Aku
merindukan masa kecil kita, ketika kita masih tinggal bersama dalam satu atap
yang sama. Tapi kini, jarak dan keadaan telah memisahkan kita, terbentang dalam
beribu kilometer dengan provinsi yang berbeda.
Aku hanya bisa menangis, ketika aku teringat semua
problema itu. Sungguh, aku tak kuat menahan semua kerinduan ini. Ingin kudekap
dan peluk erat tubuhmu dengan tetesan air mata haru. Bahkan mungkin ada beribu-ribu
kata yang ingin kuucapkan untukmu. Aku benar-benar merindu, merindu ketika aku menjadi
pendengar setiamu ketika kau menceritakan semua pengalaman hidupmu. Aku
merindukan dulu, ketika aku bersedia menjadi pesuruhmu seperti babu. Aku
merindukan hal itu, ketika kita berlari berkejaran di halaman rumah , meskipun
umur kita telah menginjak dewasa tapi seolah tak punya malu. Aku merindukan
momen itu, ketika kita bernyanyi bersama dengan sebuah gitar yang kau mainkan,
dan lagu itu, menceritakan tentang kehidupan kita.
Hanya satu inginku, bertemu denganmu dan tinggal
bersama di rumah sederhana dengan ayah, ibu, dan saudara yang bahagia. Akankah
Tuhan akan mendengar doaku? Dan akan mengabulkan apa yang aku mau? Ketika
logika semua orang berkata tak mungkin. Cukup hanya ibu dan adik tiri yang
kupunya, dan aku tak mau adanya kehadiran ayah ke dua.
Aku tak tau mengapa begitu berat untuk menerima itu semua, tak pernah kubayangkan sebelumnya akan terjadi seperti ini. Bagai mimpi buruk yang akupun ingin cepat terbangun agar dapat terbebas dan meninggalkan mimpi itu.
Wahai ayah dan ibuku? Sadarkah kalian aku di sini membutuhkanmu? Merindukan pelukan hangat dan kasih sayang yang sempat kau berikan dulu di masa kecilku? Ketika bibir ini tak bisa berucap namun hanya bisa merengek dengan penuh kemanjaan agar dapat kau belai? Sungguh aku masih bisa merasakan kehangatan itu. Dan aku ingin kalian tau, bagaimanapun keadaan kalian, aku akan tetap menyayangi kalian hingga waktunya tiba nanti. Dan prinsipku untuk ayah, "Sejahat-jahatnya orang tua, pasti dia pernah memberikan kebahagiaan untuk anaknya". :)
Comments
Post a Comment